HUBUNGAN KONDISI PADANG LAMUN DENGAN SAMPAH LAUT DI PERAIRAN PULAU KEDINDINGAN KOTA BONTANG KALIMANTAN TIMUR

Authors

  • Ita Sintia
  • Lily Inderia Sari
  • Aditya Irawan

DOI:

https://doi.org/10.30872/tas.v2i1.958

Keywords:

volume sampah, tegakan lamun, perairan pulau kedindingan

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2021-Januari 2022 di Pulau Kedindingan Kota Bontang,  propinsi Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi lamun dengan sampah laut di perairan Pulau Kewallan Kota Bontang Kalimantan Timur. Jumlah stasiun pengamatan di penelitian ini adalah  4 stasiun yang terdiri dari zona intertidal dan subtidal. Pengumpulan sampah di ekosistem lamun menggunakan metode transek kuadran 50 x 50 cm. Pengumpulan sampah dilakukan sebanyak tiga kali dengan dua kali pengulangan pada titik air surut tertinggi dan terendah. Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, ditemukan bahwa volume sampah yang berbeda-beda. Volume sampah tertinggi ditemukan di stasiun Barat dan Selatan dengan rata-rata volume 14.700 cm³. Sedangkan  volume sampah terendah terdapat di stasiun Timur dan Utara dengan rata-rata volume 9.800 cm³. Secara umum, tidak ditemukan korelasi hubungan korelasi antara sampah dan tegakan lamun (p>0,05) berdasarkan analisis korelasi.

References

Badan Lingkungan Hidup Kota Bontang. 2018. Kegiatan Pengelolaan dan Rehabilitasi Mangrove, Terumbu Karang, dan Padang Lamun. BLH Kota Bontang – PPLH-IPB. Bontang.

Badan Pusat Statistik Kota Bontang – Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kota Bontang. 2018. Data Pembangunan Kota Bontang. BPS Kota Bontang - Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kota Bontang. 215 hlm.

Baird, M.E., M.P. Adams, R.C. Babcock, K. Oubelkheir, M. Mongin, K.A. Wild-Allen, J. Skerratt, B.J. Robson, K. Petrou, P.J. Ralph, K.R. O’Brien, A.B. Carter, J.C. Jarvis, & M.A.

Rasheed. 2016. A biophysical representation of seagrass growth for application in a complex shallow-water biogeochemical model. Ecological Modelling, 325: 13–27.

Brower, J. E., J. H. Zar, & C. Von Ende. 1990. Grneral Ecologi. Field and Laboratory Methods. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuque, Lowa.

Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT . Pradnya Paramita. Jakarta

Damanhuri, E. 2010. Pengolahan Sampah. ITB: Bandung.

Engler, R.E. 2012. The complex interaction between marine debris and toxic chemicals in the ocean. Environmental Science and Technology, 46 (22): 12302-12315.

English, S., C. Wilkinson, & V. Baker. 1994. Survey Manual For Tropocal Marine Resouarces. Australian Institute of Marine Science, Townsville.

Mukai, H., K. Aioi, & Y. Ishida. 1980. Distribution and biomass of eelgrass (Zostera marina L.) and other sea grasses in Odawa Bay, Central Japan. Aquatic Botany, 8:337-342.

Odum, F. P. 1971. Fundamental of Ekology. Washington: Soinder Company.

Odum, E.P. 1998. Kerapatan Relatif Lamun. Terjemahan. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Pariwono, J.I. 1996. Oceanografi Fisika dan Dinamika Perairan Pesisir. Mentri Pelatihan Perencanaan dan Pengolahan Wilayah Pesisir Secara Terpadu (iczpm). Pkspllp IPB Kerjasama dengan Drijen Bangda-Depdagri. Bogor.

Phillips, R.C., & E.G. Menez. 1988. Seagrass in: Smithsonian Contribusion to the Marine Science No. 34. Smithsonian Institution Press. Washington, D.C.

Short, & Wyllie-Echeverria 1996. Kegiatan Antropogenik Penyebab Kerusakan dan Kematian Lamun. Hasanuddin Universitas. Makassar

Downloads

Published

12-04-2023

How to Cite

Sintia, I., Sari, L. I., & Irawan, A. (2023). HUBUNGAN KONDISI PADANG LAMUN DENGAN SAMPAH LAUT DI PERAIRAN PULAU KEDINDINGAN KOTA BONTANG KALIMANTAN TIMUR. Jurnal Tropical Aquatic Sciences, 2(1), 106–112. https://doi.org/10.30872/tas.v2i1.958