KONDISI KERAPATAN LAMUN DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DUSUN SELANGAN KOTA BONTANG

Authors

  • Mukmin
  • Lily Inderia Sari
  • Nurfadilah

DOI:

https://doi.org/10.30872/tas.v2i2.788

Keywords:

Enhalus acoroides, Sedimen, Nitrat , Fosfat

Abstract

Lamun memiliki beberapa fungsi penting pada daerah pesisir, salah satunya adalah lamun sebagai produsen primer pada perairan dangkal yang merupakan sumber makanan penting bagi beberapa jenis organisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan lamun dengan sedimen dan untuk mengetahui tekstur sedimen di Dusun Selangan Kota Bontang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2022 di Dusun Selangan Kota Bontang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode transek kuandran. Hasil yang didapatkan jenis lamun yang ditemukan hanya Enhalus acoroides. Nilai hasil kerapatan lamun Enhalus acoroides didapatkan rentang nilai 181 - 280 tegakan individu/m2, dan nilai terendah total kerapatan pada stasiun timur 181 tegakan individu/m2. Hasil pengukuran oseanografi pada parameter salinitas berkisar antara 32-33 o/00, DO pada setiap stasiun >5 mg/L, Suhu berkisar antara 30 – 31 0C, nilai pH berkisar antara 6,77-8,4, nitrat berkisar 0,004- 0,008 mg/L dan nilai konsetrasi fosfat 0,02 mg/L pada setiap lokasi. Sedangkan hasil pengukuran sedimen didapatkan kondisi kandungan Nitrat dan Fosfat pada sedimen di lokasi penelitian cukup baik sedangkan untuk nilai N-Total dan karbon organik masih di bawah ambang baku mutu.

Author Biography

Nurfadilah

 

 

References

Agus salim, A. (2014). Potensi kesesuaian mangrove sebagai daerah ekowisata di Pesisir Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin. Maspari Journal: Marine Science Research, 6(2), 148-156.

Arifin., (2001). Ekosistem Padang Lamun . Buku. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Baharuddin, B. (2006). Hubungan Keberadaan Runtunan Ofiolit dengan Konsentrasi Unsur Logam dalam Endapan Sungai Aktif di Daerah Pelaihari, Kalimantan Selatan. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 16(4), 198-209.

Balasubramian,. (2005). Bahan Organik Tanah. www.lenlit.unud.ac.id. Diakses pada 8 Oktober 2002

Berwick, N. L. (1983). Guidelines for analysis of biophysical impact to tropical coastal marine resources. In The Bombay Natural History ociety Centenaty

Dahuri, R. (2003). Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis kelautan.

Dahuri,R., Jacub., Sapta.P.G., Sitepu, M.K., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu. PT. Pradnya Paramita 1(1): 22-27.

Djuanda, J.S. M. Assaad dan Warsana. 2004. Kajian Laju Infeltrasi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Pada Tiga Jenis Tanah dan Lingkungan 4:25- 31.

Doeswono. 1983. Imu¬ – Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara. Jakarta.

Effendi, H.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Gingsburg, R and Lowestan, 1958. The Influnce of Marine Bottom Communities On The Depisitional Environments of Sediment J. Geol. 66 (3): 310-318.

Hakim. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung.

Haque, R. A., Iqbal, M. A., Budagumpi, S., Khadeer Ahamed, M. B., Abdul Majid, A. M., & Hasanudin, N. (2013). Binuclear meta‐xylyl‐linked Ag (I)‐N‐heterocyclic carbene complexes of N‐alkyl/aryl‐alkyl‐substituted bis‐benzimidazolium salts: synthesis, crystal structures and in vitro anticancer studies. Applied Organometallic Chemistry, 27(4), 214-223.

Hartog, D.C., 1970. Seagress of the world. North-Holland Publ.Co Amsterdam 50:275

Hemminga, M. A., & Duarte, C. M. (2000). Seagrass ecology. Cambridge University Press.

Hendra,2011. Pertumbuhan dan Produksi Biomassa Daun Lamun, Syringodium isoetifolium dan Halodule Halophila ovalis univervis pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Barrang Lompo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelutan Perikanan . Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hutabarat, S., & Evans, S. M. (1985). Pengantar oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Hutagalung , H. P and Rozak, 1997. Metode Analisis Air Laut , Sedimen dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta.

Hutomo, M 1999. Proses Peningkatan Nutrien Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. LIPI. Jakarta.

Kawaroe, M., Prartono, T., Sunuddin, A., Sari, D. W., & Augustine, D. (2009). Laju pertumbuhan spesifik chlorella sp. dan dunaliella sp. berdasarkan perbedaan nutrien dan fotoperiode. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Jilid, 16(1), 73-77.

Kepmen LH No. 22 tahun 2021 tentang kriteria baku kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 22 tahun 2021).

Kiswara, W. (2004). Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten 1998–2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi–Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Nontji, A. (2005). Marine archipelago. Djamabatan, Jakarta.[Indonesian].

Nontji, A., Kuriandewa, T. E., & Hariyadi, E. (2012). National review of dugong and seagrass: Indonesia. Indonesia: UNEP Project.

Nugraha, A. H. (2020) Karakteristik morfometrik lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii di Pesisir Pulau Bintan. Journal of Marine Research, 9(4), 474-484.

Nybakken, J. W. (1992). Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta, 325-363.

Philips, C. R., & Menez, E. G. (1988). Seagrass. Smith Sonian.

Pratiwi, A. L. D. (2015). Pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual pada matakuliah biologi umum. Bioedukasi (Jurnal Pendidikan Biologi), 6(1).

Priambada, I. D., Widodo, J., & Sitompul, R. A. (2005). Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University and Ibraki University. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rappe, R. A. (2010). Struktur Komunitas Ikan Pada Padang Lamun Yang Berbeda Di Pulau Barrang Lompo Fish Community Structure In Different Seagrass Beds Of Barrang Lompo Island. Jurnal ilmu dan teknologi kelautan tropis, 2(2), 63.

Raymont, J.E.G. (1961). Plankton and Produktifity In the Ocea, 2nd Edition, Vol Phyto, Pergamon Press, Oxford England.

Romimohtarto, K. Djuwana, 1991. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Djambatan, Jakarta.

Short, F. T., & Frederick, T. (2003). World atlas of seagrasses. Univ of California Press.

Stapel, J., Aarts, T. L., van Duynhoven, B. H., de Groot, J. D., van den Hoogen, P. H., & Hemminga, M. A. (1996). Nutrient uptake by leaves and roots of the seagrass Thalassia hemprichii in the Spermonde Archipelago, Indonesia. Marine Ecology Progress Series, 134, 195-206.

Steven, S. (2013). Pengaruh Perbedaan Substrat Terhadap Pertumbuhan Semaian Dari Biji Lamun Enhalus acoroides (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin.

Sulaeman. 2005. Analisis Kimia Tanah. Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Wallace, a., R.G and Teny, 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhale the Physycal Properties of Soil. Marcell Pecker Inc, New York.

Wardyo, S.T.H. 1982. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology Program. Biotrop, SEAMEO. Bogor. 81 hal.

Waycott. (2004) A guide to tropical seagrasses of the Indo-West Pacific.

Yunitha. (2014). Diameter substrat dan jenis lamun di pesisir Bahoi Minahasa Utara: sebuah analisis korelasi. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 19(3), 130-135.

Downloads

Published

07-01-2024

How to Cite

Mukmin, Sari, L. I., & Nurfadilah. (2024). KONDISI KERAPATAN LAMUN DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DUSUN SELANGAN KOTA BONTANG. Jurnal Tropical Aquatic Sciences, 2(2), 196–202. https://doi.org/10.30872/tas.v2i2.788