Telaah Sistematis (SLR) Makna Merokok sebagai Mekanisme Coping Emosional pada Remaja
Keywords:
Merokok Remaja, Coping Stres, Kesehatan Mental, Regulasi Emosi, Coping MaladaptifAbstract
Background : Perilaku merokok pada remaja di Indonesia masih menjadi isu kesehatan masyarakat yang mendesak, dengan prevalensi perokok aktif pada kelompok usia 15–19 tahun mencapai 56,5% (Survei Kesehatan Indonesia, 2023). Kelompok usia ini rentan terhadap tekanan emosional dan pengaruh sosial, sehingga merokok kerap dimaknai sebagai bentuk emotional escape atau strategi pelarian emosional. Objective : Tinjauan literatur ini bertujuan untuk melakukan telaah sistematis (Systematic Literature Review / SLR) guna menganalisis makna merokok sebagai mekanisme coping terhadap tekanan emosional pada remaja, serta meninjau korelasinya dengan kesehatan mental. Research Methods/ Implementation Methods : Kajian dilakukan terhadap artikel-artikel ilmiah terindeks yang dipublikasikan antara tahun 2021 hingga 2025 dengan menggunakan protokol Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA), Pencarian literatur menggunakan kombinasi kata kunci seperti "merokok remaja" AND "coping stres" OR "emotional escape" AND "kesehatan mental" OR "regulasi emosi). Dari 228 artikel yang diidentifikasi, diperoleh sembilan artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk dianalisis lebih lanjut. Results : Hasil tinjauan menunjukkan bahwa merokok dipersepsikan sebagai cara untuk mengatasi stres, kecemasan, dan konflik batin, terutama ketika dukungan emosional terbatas. Namun, kebiasaan ini justru berpotensi memperburuk kondisi psikologis dan meningkatkan risiko ketergantungan nikotin. Pemahaman mendalam tentang makna subjektif merokok ini sangat penting dalam merancang intervensi kesehatan mental yang lebih efektif, serta dalam mempromosikan strategi coping yang lebih adaptif bagi remaja, mengatasi kekosongan kajian kualitatif pada topik ini. Conclusion/Lesson Learned : Merokok pada remaja dipahami sebagai bentuk coping terhadap tekanan emosional, namun bersifat maladaptif karena memperburuk kesehatan mental dan meningkatkan risiko ketergantungan. Diperlukan intervensi yang menekankan penguatan regulasi emosi dan strategi coping adaptif bagi remaja.


