Stop Ngebul
Keywords:
Cadres, Posyandu, Elderly, Posbindu, Knowledge, SkillsAbstract
Background : Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data selama kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL), ditemukan bahwa sebagian besar warga masih melakukan pembakaran sampah di pekarangan rumah karena minimnya akses tempat pembuangan akhir (TPA) dan belum adanya sistem pengelolaan sampah terpadu. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pengetahuan masyarakat terkait dampak kesehatan dan lingkungan akibat pembakaran sampah. Selain mencemari udara, asap hasil pembakaran juga berisiko memperburuk kualitas hidup warga, terutama anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap polusi udara. Objective : masyarakat dapat mulai mengubah kebiasaan membakar sampah dan mencari alternatif pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan. THE 4TH MULAWARMAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON TROPICAL PUBLIC HEALTH (MICTOPH) 2025 Results : Pelaksanaan program Stop Ngebul di RT 08–16 Dusun Mekar Jaya berhasil memberikan dampak nyata terhadap peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya pembakaran sampah. Sebelum intervensi, sebagian besar warga masih membakar sampah karena minimnya fasilitas dan kurangnya pemahaman tentang dampak kesehatannya. Setelah dilakukan penyuluhan, kampanye visual, dan kegiatan bersih desa, hasil post-test menunjukkan peningkatan pengetahuan dari 77,8% menjadi 97,8%, disertai perubahan perilaku warga yang mulai memilah sampah dan berkomitmen menjaga kebersihan lingkungan. Peran aktif tokoh masyarakat turut memperkuat keberhasilan program dalam mendorong partisipasi warga. Meskipun masih terdapat kendala berupa belum tersedianya Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dan belum meratanya penerapan pemilahan sampah di rumah, program ini terbukti efektif meningkatkan kesadaran dan menjadi contoh intervensi lingkungan berbasis masyarakat yang dapat diterapkan di wilayah lain dengan kondisi serupa. Keyword : Cadres; Posyandu; Elderly; Posbindu; Knowledge; Skills. Conclusion/Lesson Learned : Program "Stop Ngebul" berhasil meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang dampak negatif pembakaran sampah serta pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan skor post-test pada seluruh indikator pengetahuan yang diberikan. Penyuluhan, kampanye visual, dan keterlibatan tokoh masyarakat berperan penting dalam efektivitas program. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah belum tersedianya Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dan belum meratanya penerapan kebiasaan memilah sampah di rumah. Oleh karena itu, disarankan agar pemerintah desa dapat menyediakan sarana pengelolaan sampah yang memadai dan berkelanjutan, serta mengadakan pelatihan lanjutan guna memperkuat perilaku ramah lingkungan di masyarakat.


